Minggu, 29 November 2015

Tata Cara Belajar yang baik menurut Islam

         Saya sangat terheran heran dengan cerita Sahabat Rasulullah, bagaimana mungkin Sayidina Abu Hurairah dapat menghafal ribuan hadits atau Sayidina Ustman dapat mengkhatam Quran dalam shalat tahajudnya atau Sayidina Ali menguasai berbagai ilmu hikmah yang diamalkan dalam kehidupannya atau Sayidina Khalid bin Walid dapat menang dalam berbagai peperangan, banyak sekali keajaiban yang dimiliki Sahabat Rasulullah. Apa yang dilakukan mereka dan tidak lagi dilakukan di zaman ini? apa yang mereka ketahui dan tidak kita ketahui?
                   Ada seorang ulama, mengatakan bahwa banyak sekali ilmu ilmu yang telah hilang dari zaman Rasulullah, Salafussoleh, Tabit Tabiin sampai sekarang. Banyak hal yang terlihat kecil dan tidak diamalkan orang sekarang namun besar pengaruhnya dalam proses mencari ilmu. Hal ini telah diketahui dan menjadi amalan orang orang soleh di zaman rasul dan sesudahnya. Diantaranya:
·         Niat menuntut ilmu untuk mencari keredhoan Allah, dengan cara ini Allah akan berikan jalan keluar dalam setiap langkah yang buntu.
·         Patuh pada guru . Tidak durhaka pada guru, orang tua, tidak berbuat jahat pada siapa saja atau apa saja. Contoh yang durhaka pada guru: Tsa’labah yang tidak patuh pada Rasul. Qarun yang tidak mau ikut dengan Nabi Musa. Keduanya mati dalam keadaan jauh dari Tuhan. Audzubillahimindzalik.
·         Tidak berbuat aniaya pada siapa atau apapun. Menganiaya kawan atau makhluk lain akan membuat hati menjadi mati dan mudah berbuat dosa berikutnya.
·         Menghindari dosa dosa besar dan kecil. Misalnya: berbohong akan menjauhkan kita dari kebenaran, menjaga pandangan mata ( kisah orang soleh yang langsung lupa hafalan 1 Al Quran karena tidak menjaga pandangannya terhadap wanita), dll
·         Mengamalkan ilmu yang telah dimiliki secara terus menerus. Dengan mengamalkan ilmu kita melakukan penghayatan dan Insya Allah akan mendapatkan ruh dari apa yang kita lakukan. (setiap apa yang kita lakukan memiliki ‘ruh’ lihat ruh dalam beramal). Kita juga akan melakukan dua amalan yaitu mengamalkan ilmu dan berusaha istiqomah. Moga mendapat keredhoan Allah.
·         Memenuhi adab dan tata cara mencari ilmu; misalnya: dimulai dengan berdoa, sebaiknya menghadap qiblat, mendengar dengan tertib, tidak memotong perkataan guru, dll.



Hadist Tentang Ikhlas, Sabar dan Pemaaf

Tentang Ikhlas, Nabi SAW bersabda :

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص : اِنَّ اللهَ لاَ يَنْظُرُ اِلىَ اَجْسَامِكُمْ وَلاَ اِلىَ صُوَرِكُمْ وَ لٰكِنْ يَنْظُرُ اِلىَ قُلُوْبِكُمْ. مسلم

 Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Rasulullah SAW pernah bersabda,“Sesungguhnya Allah tidak melihat (menilai) bentuk tubuhmu dan tidak pula menilai kebagusan wajahmu, tetapi Allah melihat (menilai) keikhlasan hatimu”. (HR. Muslim)

Tentang Sabar, Nabi SAW bersabda :

وعن ابى يحي صهيب بن سنان رضى اللّه عنه قال : قال رسول اللّه عجبالامرالمؤمن انّ أمره كلّه له خيروليس ذلك لأحدالاّللمؤمن إن اصابته سرّءشكرفكان خيراله، وإن اصابته ضرّاءصبرفكان خيراله (رواه مسلم)٠
“Dari Abu Yahya Shuhaib bin Sinan ra., ia berkata : "Rasulullah saw. Bersabda : "Sangat menakjubkan bagi orang mukmin, apalagi segala urusannya sangat baik baginya, dan itu tidak akan terjadi bagi seseorang yang beriman, kecuali apabila mendapatkan kesenangan ia bersyukur, maka yang demikian itu sangat baik, dan apabila ia tertimpa kesusahan ia   sabar maka yang demikian sangat baik baginya."
(HR. Muslim)
                                          
Tentang pemaaf, Nabi SAW bersabda :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه، عن رَسُولَ اللَّهِ صلّى الله عليه وسلّم قَالَ : مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ، وَمَا زادَ اللهُ عَبْداً بعَفْوٍ إِلاَّ عِزّاً، وَمَا تَوَاضَعَ أحَدٌ للهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللهُ.  رواه مسلم وغيره
“Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Tidaklah sedekah itu mengurangi harta, dan tidaklah Allah menambah bagi seorang hamba dengan pemberian maafnya (kepada saudaranya,) kecuali kemuliaan (di dunia dan akhirat), serta tidaklah seseorang merendahkan diri karena Allah kecuali Dia akan meninggikan (derajat)nya (di dunia dan akhirat).'” (HR. Muslim, no. 2588 dan imam-imam lainnya).

Sabtu, 28 November 2015

TTM (Ta’aruf Tapi Mesra)



Inilah yang sering dilakukan oleh aktifis dakwah yang hatinya tidak bertameng keimanan. Jikalau ia bertameng, perisai tersebut memiliki gagang pegangan yang rapuh. Awal niatan berharap wajah Allah, rahmat dan naungan-Nya, akan tetapi terpaan badai godaan asmara terlarang bak gelombang yang datang bertubi-tubi, mengikis pingiran pantai keimanan perlahan-lahan. Padahal pinggiran pantai sudah terlindungi ilmu selebat hutan mangrove.

Bagaimana terpaan badai godaan asmara yang dasyhat itu?
Saling berhubungan langsung dengan HP,e-mail, inbox FB dan jejaring sosial. Awalnya sangat saling menjaga diri, menggunakan kata-kata yang sopan, serius dan to the point. Akan tetapi siapa yang tahu setan menyelinap berkelit-kelit dalam sinyal HP, menerobos paksa password e-mail dan bersembunyi di inbox FB. Bersamaan dengan berlalunya waktu yang tidak sebentar, maka kata-kata dan kalimat yang bertukaran antarkeduanya bermetamorphosis, metamorphosisnya sepasang kupu-kupu siap berkawin. Muncullah kalimat yang belum layak mencapai waktu prosanya,

“wahai calon ibu dari anakku, semenjak kita mulai ta’aruf saya jadi lebih bersemangat menjalani hari, apalagi jika kita menikah nanti, K.A.N.G.E.N ^^”

“Daku tak menyangka pangeran berjanggut tipis itu adalah engkau, maju ta’aruf dengan gagah berani, kegelisahan rindu ini memang harus berujung dibelaian kedua tanganmu dalam dekapan, segera, segera dan segera majulah wahai mujahidku”

Yang parahnya adalah bertemu langsung dengan mudahnya dan sudah tidak ada lagi yang membedakan mereka berdua dengan apa yang kita temui di jalan-jalan, di pasar, di mall dan di pusat keramaian manusia. Tidak ada bedanya dengan mereka yang menggenjot pedal gas hawa cinta menerobos peringatan merah di jalan keramaian syariat. Mereka yang sudah diperingati dalam hadits Rasulullah shallahu alaihi wa sallam seolah-olah menghalalkannya di jalan-jalan.
Diriwayatkan dalam Shahih Bukhari, Abu Malik al Asy’ari bahwa dia mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

لَيَكُونَنَّ مِنْ أُمَّتِي أَقْوَامٌ يَسْتَحِلُّونَ الْحِرَ وَالْحَرِيرَ وَالْخَمْرَ وَالْمَعَازِفَ

“Sungguh ada dari umatku beberapa kaum yang menghalalkan [menganggap halal] perzinahan, sutera, minuman keras, dan musik-musik.” [HR. Bukhari]

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallah ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda,

” وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَا تَفْنَى هَذِهِ الْأُمَّةُ حَتَّى يَقُومَ الرَّجُلُ إِلَى الْمَرْأَةِ فَيَفْتَرِشُهَا فِي الطَّرِيقِ، فَيَكُونُ خِيَارُهُمْ يَوْمَئِذٍ مَنْ يَقُولُ: لَوْ وَارَيْتَهَا وَرَاءَ هَذَا الْحَائِطِ» .

“Demi Allah yang diriku di tangan-Nya, tidaklah akan binasa umat ini sehingga orang-orang lelaki menerkam wanita di tengah jalan (ingin bercumbu dan berzina) dan di antara mereka yang terbaik pada waktu itu berkata, “alangkah baiknya kalau saya sembunyikan wanita ini di balik dinding ini.” (HR. Abu Ya’la no. 12746, Al-Haitsami berkata, “perawi-perawinya shahih.” , lihat Majmu’ Zawaid 7/331, Maktabah Al-Qudsi, Koiro, 1414 H, Asy-Syamilah]

Diriwayatkan dari al-Nawwas radhiallah ‘anhu,

وَيَبْقَى شِرَارُ النَّاسِ يَتَهَارَجُونَ فِيهَا تَهَارُجَ الْحُمُرِ فَعَلَيْهِمْ تَقُومُ السَّاعَةُ

“Dan ingatlah manusia-manusia yang buruk yang seenaknya saja melakukan persetubuhan seperti keledai. Maka pada zaman mereka inilah kiamat akan datang.” [HR. Muslim]

Sebaiknya mengunakan perantara comlang yang sudah bersuami-istri sehingga tidak ada celah untuk setan berkelit. Karena sekuat-kuat iman seseorang ia belum tentu mampu menahan gejolak cinta. Inilah yang pepatah yang populer di zaman kakek-buyut kita “Sedikit-dikit lama-lama menjadi bukit”. Ya, itulah cara setan menggiring manusia secara perlahan. Akan tetapi pembawa syariat shallallahu ‘alaihi wasallam jauh lebih cerdas dibandingkan setan. Cara ini tidak berlaku jika selalu menggenggam kaidah beragama,

سد الذرائع

“Menutup jalan menuju keburukan”

Yaitu jangan sampai ada hubungan yang tidak perlu jika belum waktunya, jika hubungan itu sangat perlu dalam ta’aruf demi mengenal, maka gunakanlah perantara comblang.

Jangan Lagi Bernadzar: "Kalau Lulus Ujian Saya Puasa 3 Hari"

-Mungkin dahulunya kita pernah bernadzar seperti ini:

“Kalau lulus masuk PNS saya akan sedekah 10 juta”
“Kalau dapat jodoh tahun ini, saya akan puasa 30 hari”

-Dalam pelajaran Tauhid, nazdar ini disebut nadzar muqayyad (terikat) dan hukumnya makruh (sebaiknya jangan dan ditinggalkan ya)

-Supaya ingat lagi pelajaran tauhid,
Pengertian nadzar: mewajibkan diri ibadah padahal sebelumnya tidak wajib dan ada larangan terlalu sering bernadzar karena ini adalah beban ibadah

nadzar ada 2 macam:
1. Nadzar Mutlak: nadzar tanpa ada syarat
Misalnya: “Saya bernadzar puasa 3 hari”

2. Nadzar muqayyad: ini yang kita maksud contoh dan tulisan ini, nadzar ada syaratnya terpenuhi dan ibadahnya

-Lho mengapa nadzar muqayyad makruh? Bukannya bagus?
Begini nih jawabannya:
1. Bisa jadi ada ketergantungan dan keyakinan berkurang kepada Allah
Karena ia beranggapan: baru terkabulkan kalau saya tambahkan syarat akan berpuasa

2. Bisa jadi ada anggapan, kalau tidak tambah syarat ibadah puasa, mungkin sulit terkabulkan

3. Bisa jadi akan mengurangi keyakinan Allah Maha atas segalanya, Allah mampu mengabulkan asalkan ada usaha dan doa

-Bahkan nadzar muqayyad disebutkan dalam hadits “keluar dari orang yang pelit”

Dari Abdullah bin Umar radhiallahu anhuma dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,

أَنَّهُ نَهَى عَنْ النَّذْرِ وَقَالَ إِنَّهُ لَا يَأْتِي بِخَيْرٍ وَإِنَّمَا يُسْتَخْرَجُ بِهِ مِنْ الْبَخِيلِ

“Bahwa beliau melarang untuk bernadzar dan beliau bersabda, “Sesungguhnya (nadzar) tidak akan mendatangkan suatu kebaikan, dia hanya dilakukan oleh orang yang bakhil.” (HR. Muslim no. 3095)

-Oya meskipun makruh, nadzar muqayyad jika sudah terlaksana dan dikabulkan, wajib dilaksanakan ibadah tersebut. Tetap wajib puasa misalnya dapat jodoh. Jika tidak maka wajib membayar kafarah nazdar

-Jadi kalau ada hajat atau kebutuhan, tawakkal saja ditingkatkan. Menempuh berbagai sebab dan usaha, kemudian hasil akhir diserahkan kepada Allah dengan berdoa. Apapun hasil akhirnya itulah takdir terbaik, terindah dan bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya

-Allah lebih sayang terhadap Hamba-Nya melebihi kasih sayang ibu kepada anak bayinya dalam buaian setelah terpisah lama (kandungan hadits)


Demikian semoga bermanfaat

Ketenaran dan Popularitas Adalah Ujian, Hindari Jika Mampu

Mendewakan dan memburu ketenaran, bagaikan semut yang melihat genangan madu, terpukau. Semakin ia meraihnya ke tengah semakin tenggelam dalam genangan madu”

Para ulama dan penuntut ilmu juga tidak terlepas dari penyakit ini. Karenanya Asy-Syathibi rahimahullah berkata,

آخر الأشياء نزولا من قلوب الصالحين : حب السلطة والتصدر! .

“Hal yang paling terakhir luntur dari hatinya orang-orang shalih: cinta kekuasaan dan cinta eksistensi (popularitas)”  (Al-I’tisham Asy-Syathibi)

Akan tetapi jika ketenaran itu datang tanpa dicari maka tidak mengapa dan tidak tercela.

Al-Ghazali rahimahullah mengatakan,

“Yang tercela adalah apabila seseorang mencari ketenaran. Namun jika ia tenar karena karunia Allah tanpa ia cari-cari, maka itu tidaklah tercela.”

Semoga kita selamat dari ujian ketenaran dan kita hanya menjadi tokoh di belakang layar yang tenar dan populer di langit

Wanita Dalam Islam



Persamaan gender yang banyak didengung-dengungkan oleh kaum barat, ternyata telah merasuk ke tubuh kaum muslimah umat ini. Lantas bagaimana sebenarnya peranan wanita islam dalam membangun keluarga atau masyarakat? Mari kita simak tulisan berikut, bagaimana seharusnya wanita membangun sebuah keluarga bahkan Negara?
Peranan wanita dalam keluarga
Keluarga merupakan pondasi dasar penyebaran islam. Dari keluarga lah, muncul pemimpin-pemimpin yang berjihad di jalan Allah, dan akan datang bibit-bibit yang akan berjuang meninggikan kalimat-kalimat Allah. Dan peran terbesar dalam hal tersebut adalah kaum wanita.
Pertama: Wanita sebagai seorang istri
Ketika seorang laki-laki merasa kesulitan, maka sang istri lah yang bisa membantunya. Ketika seorang laki-laki mengalami kegundahan, sang istri lah yang dapat menenangkannya. Dan ketika sang laki-laki mengalami keterpurukan, sang istri lah yang dapat menyemangatinya.
Sungguh, tidak ada yang mempunyai pengaruh terbesar bagi seorang suami melainkan sang istri yang dicintainya.
Mengenai hal ini, contohlah apa yang dilakukan oleh teladan kaum Muslimah, Khadijah Radiyallahu anha dalam mendampingi Rasulullah di masa awal kenabiannya. Ketika Rasulullah merasa ketakutan terhadap wahyu yang diberikan kepadanya, dan merasa kesulitan, lantas apa yang dikatakan Khadijah kepadanya?
“Demi Allah, Allah tidak akan menghinakanmu selama-lamanya. Karena sungguh engkau suka menyambung silaturahmi, menanggung kebutuhan orang yang lemah, menutup kebutuhan orang yang tidak punya, menjamu dan memuliakan tamu dan engkau menolong setiap upaya menegakkan kebenaran.” (HR. Muttafaqun ‘alaih)
Tidak ada pangkat tertinggi melainkan pangkat seorang Nabi, dan tidak ada ujian yang paling berat selain ujian menjadi seorang Nabi. Untuk itu, tidak ada obat penenang bagi Rasulullah dalam mengemban amanah nubuwahnya melainkan istri yang sangat dicintainya. Sampai-sampai ketika Aisyah cemburu kepada Khadijah, dan berkata “Kenapa engkau sering menyebut perempuan berpipi merah itu, padahal Allah telah menggantikannya untukmu dengan yang lebih baik?” Lantas Rasulullah marah dan bersabda: “Bagaimana engkau berkata demikian?  Sungguh dia beriman kepadaku pada saat orang-orang menolakku, dia membenarkanku ketika orang-orang mendustakanku, dia mendermakan seluruh hartanya untukku pada saat semua orang menolak mambantuku, dan Allah memberiku rizki darinya berupa keturunan.” (HR Ahmad dengan Sanad yang Hasan)
Demikianlah kecintaan Rasulullah kepada Khadijah, dan demikianlah seharusnya bagi seorang wanita muslimah di dalam keluarganya. Tidak ada yang diinginkan bagi seorang suami melainkan seorang istri yang dapat menerimanya apa adanya, percaya dan yakin kepadanya dan selalu membantunya ketika sulitnya.
Inilah peran  yang seharusnya dilakukan bagi seorang wanita. Menjadi seorang pemimpin bukanlah hal yang perlu dilakukan wanita, akan tetapi menjadi pendamping seorang pemimpin (pemimpin rumah tangga atau lainnya) yang dapat membantu, mengarahkan dan menenangkan adalah hal yang sangat mulia jika di dalamnya berisi ketaatan kepada Allah Ta’ala.
Kedua: Wanita sebagai seorang Ibu
Tidak ada kemulian terbesar yang diberikan Allah bagi seorang wanita, melainkan perannya menjadi seorang Ibu. Bahkan Rasulullah pun bersabda ketika ditanya oleh seseorang:
“Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak untuk kuperlakukan dengan baik?” Beliau berkata, “Ibumu.” Laki-laki itu kembali bertanya, “Kemudian siapa?”, tanya laki-laki itu. “Ibumu”. Laki-laki itu bertanya lagi, “Kemudian siapa?”, tanya laki-laki itu. “Ibumu”, “Kemudian siapa?” tanyanya lagi. “Kemudian ayahmu”, jawab beliau.” (HR. Al-Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 6447)
Di dalam rumah, siapakah yang mempunyai banyak waktu untuk anak-anak? Siapakah yang lebih mempunyai pengaruh terhadap anak-anak? Siapakah yang lebih dekat kepada anak-anak? Tidak lain adalah ibu-ibu mereka. Seorang ibu merupakan seseorang yang senantiasa diharapkan kehadirannya bagi anak-anaknya. Seorang ibu dapat menjadikan anak-anaknya menjadi orang yang baik sebagaimana seorang ibu bisa menjadikan anaknya menjadi orang yang jahat. Baik buruknya seorang anak, dapat dipengaruhi oleh baik atau tidaknya seorang ibu yang menjadi panutan anak-anaknya.
Pernahkah kita membaca kisah-kisah kepahlawanan atau kemulian seseorang? Siapakah dalang di dalam keberhasilan mereka menjadi seorang yang pemberani, ahli ilmu atau bahkan seorang imam? Tidak lain adalah seorang ibu yang membimbingnya.
Mari kita simak perkataan seorang shahabiyah, Khansa ketika melepaskan keempat anaknya ke medan jihad.
“Wahai anak-anakku, kalian telah masuk islam dengan sukarela dan telah hijrah berdasarkan keinginan kalian. Demi Allah yang tidak ada tuhan selain Dia, sesungguhnya kalian adalah putra dari ayah yang sama dan dari ibu yang sama, nasab kalian tidak berbeda. Ketahuilah bahwa seseungguhnya akhirat itu lebih baik dari dunia yang fana. Bersabarlah, tabahlah dan teguhkanlah hati kalian serta bertaqwalah kepada Allah agar kalian beruntung. Jika kalian menemui peperangan, maka masuklah ke dalam kancah peperangan itu dan raihlah kemenangan dan kemuliaan di alam yang kekal dan penuh kenikmatan”
Keesokan harinya, masuklah keempat anak tersebut dalam medan pertempuran dengan hati yang masih ragu-ragu, lalu salah seorang dari mereka mengingatkan saudara-saudaranya akan wasiat yang disampaikan oleh ibu mereka. Mereka pun bertempur bagaikan singa dan menyerbu bagaikan anak panah dengan gagah berani dan tidak pernah surut setapak pun hingga mereka memperoleh syahadah fii sabilillah satu per satu. (Sirah Shahabiyah hal 742, Pustaka As-Sunnah)
Inilah kekuatan seorang ibu yang diberikan kepada anak-anaknya. Tatkala sang anak merasa ragu akan hal yang ingin diperbuatnya, namun mereka teringat akan nasehat ibu mereka, maka semua keraguan itu menjadi hilang, yang ada hanya semangat dan keyakinan akan harapan seorang ibu.
Demikianlah peran mulia seorang ibu, dan tidak ada peran yang lebih mendatangkan pahala yang banyak melainkan peran mendidik anak-anaknya menjadi anak yang diridhoi Allah dan rasulnya. Karena anak-anaknya lah sumber pahala dirinya dan sumber kebaikan untuknya.
Ketahuilah, banyak dikalangan orang-orang besar, bahkan sebagian para imam dan ahli ilmu merupakan orang-orang yatim, yang hanya dibesarkan oleh seorang ibu. Dan lihatlah hasil yang di dapatkannya. Mereka berkembang menjadi seorang ahli ilmu dan para imam kaum muslimin. Sebut saja, Imam Syafi’I, Imam Ahmad, Al-Bukhori dll adalah para ulama yang dibesarkan hanya dari seorang ibu. Karena kasih sayang, pendidikan yang baik dan doa dari seorang ibu merupakan kekuatan yang dapat menyemangati anak-anak mereka dalam kebaikan.
Tahukah para pembaca dengan Imam Shalat Masjidil Haram, Asy-Syaikh Sudais? Apa yang melatarbelakangi beliau menjadi Imam shalat Masjidil Haram? Tidak lain adalah karena harapan dan doa dari ibu beliau. Seorang ibu yang terus menerus memotivasi anaknya untuk menjadi imam masjidil haram, telah membuat tekad Syaikh Sudais kecil menjadi besar dan membuatnya bersemangat untuk menghafalkan quran dan selalu berusaha agar keinginannya dan keinginan ibunya tercapai untuk menjadi Imam Masjidil Haram.
Pernahkan para pembaca membaca kisahnya seorang tabi’in Ar-Rabi’ah Ar-Ra’yi? Seorang ulama yang ditinggalkan oleh ayahnya untuk berjihad selama 30 tahun dan hidup bersama ibunya. Dengan bekal yang diberikan oleh sang ayah, namun dihabiskan hanya untuk pendidikan anaknya oleh ibunya, menjadikan sang anak berkembang menjadi seorang ulama dan pemuka Madinah, yang bahkan Majelisnya dihadiri oleh Malik bin Anas, Abu Hanifah, An-Nu’man, Yahya bin Sa’id Al-Anshari, Sufyan Tsauri, Abdurrahman bin Amru Al-Auza’I, Laits bin Sa’id dan lainnya. Hal ini karena pengaruh dari seorang ibu yang sholehah yang mendidik anaknya dengan sangat baik.
Ini adalah segelintir kisah-kisah yang mengagumkan akan pengaruh yang amat besar dari seorang ibu, dan masih banyak kisah-kisah lainnya jika kita mau mencari dan membacanya.
Karenanya, jika para wanita sadar akan pentingnya dan sibuknya kehidupan di keluarga, niscaya mereka tidak akan mempunyai waktu untuk mengurusi hal-hal di luar keluarganya. Apalagi berangan-angan untuk menggantikan posisi laki-laki dalam mencari nafkah.
Peranan wanita dalam masyarakat dan Negara
Wanita disamping perannya dalam keluarga, ia juga bisa mempunyai peran lainnya di dalam masyarakat dan Negara. Jika ia adalah seorang yang ahli dalam ilmu agama, maka wajib baginya untuk mendakwahkan apa yang ia ketahui kepada kaum wanita lainnya. Begitu pula jika ia merupakan seorang yang ahli dalam bidang tertentu, maka ia bisa mempunyai andil dalam urusan tersebut namun dengan batasan-batasan yang telah disyariatkan dan tentunya setelah kewajibannya sebagai ibu rumah tangga telah terpenuhi.
Banyak hal yang bisa dilakukan kaum wanita dalam masyarakat dan Negara, dan ia punya perannya masing-masing yang tentunya berbeda dengan kaum laki-laki. Hal ini sebagaimana yang dilakukan para shahabiyah nabi.
Pada jaman nabi, para shahabiyah biasa menjadi perawat ketika terjadi peperangan, atau sekedar menjadi penyemangat kaum muslimin, walaupun tidak sedikit pula dari mereka yang juga ikut berjuang berperang menggunakan senjata untuk mendapatkan syahadah fii sabilillah, seperti Shahabiyah Ummu Imarah yang berjuang melindungi Rasulullah dalam peperangan.
Sehingga dalam hal ini, peran wanita adalah sebagai penopang dan sandaran kaum laki-laki dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

kesimpulan
Jika kita melihat akan keutamaan-keutamaan yang diberikan Allah untuk kaum wanita, maka jelaslah bahwa wanita merupakan tumpuan dasar kemuliaan suatu masyarakat bahkan Negara. Masyarakat atau Negara yang baik dapat terlihat dari baiknya perempuan di dalam Negara tersebut dan begitupun sebaliknya.
Karenanya, peran wanita baik dalam keluarga atau masyarakat merupakan peran yang sangat agung yang tidak sepantasnya kaum wanita untuk menyepelekannya.

Ingatlah, Pemimpin-pemimpin yang adil dan generasi-generasi yang baik akan muncul seiring dengan baiknya kaum wanita pada waktu tersebut.

Hijab Di Era Modern



Hijab, dahulu kita belum terlalu akrab dengan kata ini. Kita lebih sering mengenal kata jilbab. Jilbab merupakan salah satu jenis pakaian muslimah yang dipadukan dengan busana muslim atau busana panjang lainnya. Menggunakan jilbab pada dasarnya adalah kewajiban bagi wanita muslim. Meski masih banyak wanita muslim yang belum menggunakan jilbab.
Jilbab dari masa ke masa akhirnya mengalami perkembangan bila ditinjau dari segi fashion. Berkat perkembangan inilah, sebutan 'hijab' menjadi lebih populer. Hijab memiliki ciri fashion yang lebih kental dibandingkan jilbab pendahulunya. Sebelum berkembangnya dunia mode muslimah dalam 2-3 tahun terakhir, jilbab terkesan lebih sederhana dan apa adanya. Sementara hijab masa kini, tidak butuh waktu lama untuk mengeluarkan kreasi baru, gaya atau motif baru dan trend terbaru.
Selalu ada perbedaan pendapat mengenai hijab kini dan dulu. Banyak yang mengatakan bahwa hijab masa kini sudah mulai melupakan dasar-dasar hijab yang syar'i. Misalnya warna-warna pakaian pastel yang cerah dan kreasi-kreasi jilbab yang unik dan masih memakai pakaian yang ketat walaupun pakai hijab. Ada yang berpendapat bahwa kreasi hijab masa kini baik karena bisa membuat banyak wanita muslim ingin menggunakan jilbab?
Tahun 90'an, Indonesia sempat memiliki gaya jilbab zaman dulu. Yakni dengan menggunakan ciput dan kerudung bersanding dengan gaya simple, gaya hijab semacam ini menjadi salah satu yang menutupi aurat tetapi bagi kaum remaja ini terlihat kuno.
Selanjutnya, sempat populer di tahun 2000-an jilbab yang tadinya terulur, diikat di bagian leher sehingga nampak lebih ringkas. Sempat populer selama beberapa masa. Jilbab ini sering digunakan oleh para artis dan akhirnya ditiru oleh banyak orang. Sedangkan mereka tidak  memenuhi syar’i karena tidak menutupi bagian dada mereka
Gaya hijab yang penuh warna dan penuh kreasi adalah hijab yang trend dalam 2 tahun terakhir. Terutama anak muda yang senang dengan hal-hal yang baru dan fashionable. Gaya hijab saat ini tidak hanya bermain dengan kreasi jilbab, namun juga pakaian yang semakin beraneka ragam. Begitu modern dan cantiknya gaya hijab ini sehingga banyak wanita yang senang menggunakannya. Meski masih sering dipertanyakan ketepatan syar'i-nya karena menggunakan kreasi jilbab, namun banyak yang menganggap ini hanya merupakan ide yang baik untuk menggugah banyak wanita muslimah berhijab. Apakah benar banyak perempuan pada zaman ini yang hanya mengikuti trend hijab saja atau dasar niat hati mereka? Saya membuktikan dengan survey wawancara kepada beberapa orang sekililing saya yang menggunakan hijab di para remaja khusunya.
Dan setelah mewawancarai Ustadz Dzaki Mirza mengatakan bahwa:
Didalam Al Qur’an surat An Nur ayat 26, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman "Wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)”.
Terus, apa hubungannya jilbab dengan kutipan ayat di atas? Ya, sosok wanita yang baik dalam pandangan islam adalah mereka yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai dan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-harinya.
“Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi maha penyayang.” (al Ahzab:59)
Ancaman untuk kaum muslimah yg tidak menutup aurat sesuai sabda Rasulullah: Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim no. 2128)
Salah satu alasan dari beberapa remaja putri di London School of Public Relations –Jakarta  mengatakan:
“Aku menggunakan hijab karena lebih membuat saya nyaman dan terhindar dari niat jahil orang – orang jahat, apa lagi berhijab juga merupakan anjuran agama, walaupun aku mengikuti trend hijab di zaman era modern ini, tapi aku juga masih belajar untuk memakai kerudung yang syar’i”
Subhanallah ternyata trend hijab saat ini memberikan efek yang baik dan alhamdulillah meraka menggunakannya bukan karena atas dasar paksaan melainkan kesadaran diri.

Well, yang manapun pakaian pilihan kalian, pastikan untuk kembali pada niat prempuan perempuan yang menggunakan busana hijab. Apakah hanya untuk mengikuti trend atau benar-benar melaksanakan kewajiban muslimah, semuanya kembali kepada penggunanya. 

Jumat, 27 November 2015

Menjaga Pandangan Mata Dalam Islam

A. Kenapa Kita Menjaga Pandangan
1. Karena Allah dan Rasul-Nya memerintahkan menjaga pandangan mata, sehingga dengan menjaga pandangan mata kita telah beribadah kepada Allah.
Allah berfirman:
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluaannya yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluaannya….“ (An-Nur, 30-31)
Ketika ditanya tentang pandangan mata yang tiba-tiba tanpa sengaja memandang sesuatu yang haram, nabi Muhammad menjawab:
“Palingkan matamu.” (HR. Muslim, riyadhus shalihin (1625))
2. Pandangan mata merupakan pintu kemaksiatan-kemaksiatan yang paling mudah dimasuki setan dari diri manusia; sehingga siapa saja yang membebaskan pandangan matanya tanpa batasan agama maka sama saja dia menghancurkan hatinya, dan tentunya yang seperti ini tidak mungkin dilakukan seorang yang berakal.
Olehkarena itu dalam surat An-Nuur ayat 30 dan 31 perintah untuk menjaga pandangan mata didahulukan sebelum manjaga kemaluan, karena kemaluan terjaga jika mata terjaga.
Ibnul Qayyim berkata:
“Ketika permulaan hal ini (menjaga kemaluan) adalah dari arah mata Allah jadikan perintah menundukkan pandangan mata lebih dahulu atas perintah menjaga kemaluan….” (Ad-Daa’ Wad Dawaa’ (215))
Beliau juga berkata:
“…adapun pandangan-pandangan mata yang tidak dijaga maka dia adalah penghantar syahwat dan utusannya, dan penjagaannya merupakan asas (dasar) penjagaan kemaluan, barangsiapa membebaskan pandangan matanya maka dia telah menyeret dirinya ke tempat-tempat kebinasaan.” (Ad-Daa’ Wad-Dawaa’ (216))
Kenyataan yang terjadi pun demikian adanya, tidaklah seorang laki-laki berzina dengan wanita kecuali karena dari awal dia telah mencuri-curi pandang untuk memandang wajah wanita itu ketika dia lengah. Yang kemudian dia memikirkan seribu cara untuk menundukkan hati wanita itu dan menuruti semua keinginan syaithaniyyahnya, dan terjadilah apa yang terjadi.
B. Maksud Menjaga Pandangan Mata
Yang dimaksud dengan menjaga pandangan mata adalah
1.       Menjaga mata agar tidak melihat sesuatu yang diharamkan,
2. Memalingkan pandangan mata ketika melihat sesuatu yang diharamkan tanpa kesengajaan.
Imam Ibnu Katsir_menafsirkan surat An-Nur 30-31_berkata:
“Ini adalah perintah dari Allah kepada hamba-hamba Nya yang beriman untuk menundukkan sebagian pandangan-pandangan mata mereka kepada sesuatu yang diharamkan atas mereka, sehingga mereka tidak melihat kecuali kepada apa yang Allah bolehkan bagi mereka untuk melihat kepadanya, serta untuk menundukkan pandangan-pandangan mata mereka dari keharaman-keharaman, dan jika suatu ketika pandangan mata jatuh kepada sesuatu yang diharamkan tanpa kesengajaan maka hendaknya dia memalingkan pandangannya darinya segera.
Sebagaimana (hadist) yang diriwayatkan Imam Muslim di dalam ‘Shahih’ nya dari hadist Yunus Bin ‘Ubaid, dari ‘Amr Bin Sa’id, dari Abu Zur’ah Bin ‘Amr Bin Jarir dari kakeknya (yaitu) Jarir Bin ‘Abdullah Al-Bajaly beliau berkata,
“Aku pernah bertanya kepada Nabi tentang pandangan mata yang tiba-tiba (tanpa kesengajaan melihat sesuatu yang haram), maka Nabi memerintahkan aku agar memalingkan pamdanganku.” (Tafsirul Qur’anil ‘Azhim (3/359))
Yang Tidak Boleh Dilihat Bagi Laki-Laki
Allah berfirman:
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya….” (An-Nur, 30)
Syaikh ‘Abdurrahman Bin Nashir As-Sa’dy berkata:
“Maknanya: “Bimbinglah orang laki-laki yang beriman dan katakan kepada mereka yang bersama mereka ada keimanan yang mampu mencegah mereka dari terjatuh ke dalam perkara yang merusak iman; (Hendaklah mereka menahan pandangannya) dari melihat aurat-aurat, wanita-wanita ‘asing’ yang bukan mahram, pemilik wajah indah menawan yang dikhawatirkan terjadi fitnah dengan memandang mereka, perhiasan-perhiasan dunia yang memfitnah dan menjatuhkan diri ke dalam larangan agama….”
Maka yang tidak boleh dilihat laki-laki diantaranya adalah:
1. Aurat-aurat, baik aurat wanita selain istrinya maupun aurat sesama jenis karena Nabi bersabda dalam riwayat Muslim bahwa laki-laki tidak boleh melihat aurat laki-laki.
2. Melihat wanita yang bukan mahramnya.
3. Orang yang wajahnya indah dan menawan baik laki-laki maupun perempuan, anak-anak maupun dewasa, yang dengan melihatnya dapat memfitnah diri kita misalnya muncul rasa senang kepadanya dan muncul syahwat sehingga mendorong kita melakukan perbuatan yang dimurkai Allah.
4. Perhiasan-perhiasan dunia yang bisa menggoyahkan iman kita dan menjatuhkan kita ke dalam larangan-larangan agama dengan melihatnya. Wallahu Ta’ala A’lam Bishshawab
Dan wajib diketahui serta diwaspadai, termasuk aurat maupun wanita yang tidak halal dipandang yaitu apa yang ada di dalam kartun-kartun yang kebanyakannya dibuat orang-orang kafir atau mereka yang tidak paham ajaran Islam yang mengajak kepada kehormatan dan kesucian hati, bahkan bisa dikatakan apa yang ada di dalam kartun ini lebih berbahaya dibandingkan dengan gambar sebenarnya.
Karena betapa banyak yang notabene ‘kartun anak-anak’ ternyata didalamnya bertebaran aurat yang merusak hati anak-anak kaum muslimin. Karena dapat dipastikan di setiap cerita ada tokoh wanitanya, tentunya dengan paras wajah yang menarik dan tidaklah dia memakai pakaian ‘tertutup’, yang ada adalah memakai pakaian yang sangat berpotensi 'membakar' nafsu syahwat. Bahkan dalam ‘kartun anak-anak’ itu juga tidak jarang diceritakan asmara antara lawan jenis. Lebih parah lagi jika seandainya diceritakan asmara antar sesama jenis.
Yang Tidak Boleh Dilihat Bagi Wanita
Allah berfirman:
“Katakanlah kepada wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya….” (An-Nur, 31)
Syaikh ‘Abdurrahman Bin Nashir As-Sa’dy berkata:
“(yaitu hendaknya wanita mu’min menahan pandangannya) dari aurat-aurat dan laki-laki dengan disertai syahwat dan yang lainnya dari memandang kepada sesuatu yang terlarang.”
C. Beberapa Manfaat Menjaga Pandangan Mata:
1. Merupakan bentuk pelaksanaan perintah Allah. Dan manakala seorang hamba mampu melaksanakan perintah Allah dengan penuh ketulusan dan keikhlasan maka saat itulah dia meraih kebahagiaan.
Imam Ibnul Qayyim berkata:
“…tidak ada sesuatu yang paling bermanfaat bagi seorang hamba di dunia dan akheratnya dari melaksanakan perintah-perintah Tuhannya Tabaraka Wa Ta’alaa, dan tidak bahagia orang yang bahagia di dunia dan akherat kecuali dengan sebab melaksanakan perintah-perintah-Nya, dan tidak sengsara orang yang sengsara di dunia dan akherat kecuali dengan sebab menyia-nyiakan perintah-perintah-Nya.” (Ad-Dawaa’ (255))
2. Mencegah sampainya panah setan yang beracun ke dalam hati.
3. Menjadikan hati tenteram dan damai dengan kebersamaan Allah. Karena dengan membebaskan pandangan mata hati kita menjadi tercerai berai dan merasa jauh dan sunyi dari kebersamaan Allah.
4. Menguatkan hati dan membuatnya bahagia.
5. Memberikan cahaya ke dalam hati. Dan jika hati telah bercahaya maka para ‘tamu’ berdatangan menuju hati tersebut tanpa diundang membawa buah tangan kebaikan-kebaikan.
6. Mewariskan firasat yang benar sehingga mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
7. Mewariskan rasa keberanian, kekuatan dan ketetapan pada hati.
8. Menutup celah setan masuk ke hati manusia.
9. Mengoptimalkan kerja hati dalam berpikir untuk kebaikan-kebaikannya dan menyibukkan hati dengan hal itu. (Ad-Daa’ Wad Dawaa’ halaman 255-258)
Tidak diragukan lagi mereka yang dengan tulus ikhlas meninggalkan perkara-perkara haram karena Allah diberi ganti oleh Nya dengan yang lebih baik. Sebagaimana kami paparkan hal ini di dalam tulisan kami ‘Aku Meninggalkannya Karena Allah’.


Pacaran Menurut Pandangan Islam

Islam Kok Pacaran
Soal pacaran di zaman sekarang tampaknya menjadi gejala umum di kalangan kaula muda. Barangkali fenomena ini sebagai akibat dari pengaruh kisah-kisah percintaan dalam roman, novel, film dan syair lagu. Sehingga terkesan bahwa hidup di masa remaja memang harus ditaburi dengan bunga-bunga percintaan, kisah-kisah asmara, harus ada pasangan tetap sebagai tempat untuk bertukar cerita dan berbagi rasa.
Selama ini tempaknya belum ada pengertian baku tentang pacaran. Namun setidak-tidaknya di dalamnya akan ada suatu bentuk pergaulan antara laki-laki dan wanita tanpa nikah.
Kalau ditinjau lebih jauh sebenarnya pacaran menjadi bagian dari kultur Barat. Sebab biasanya masyarakat Barat mensahkan adanya fase-fase hubungan hetero seksual dalam kehidupan manusia sebelum menikah seperti puppy love (cinta monyet), datang (kencan), going steady (pacaran), dan engagement (tunangan).
Bagaimanapun mereka yang berpacaran, jika kebebasan seksual dalam pacaran diartikan sebagai hubungan suami-istri, maka dengan tegas mereka menolak. Namun, tidaklah demikian jika diartikan sebagai ungkapan rasa kasih sayang dan cinta, sebagai alat untuk memilih pasangan hidup.
Akan tetapi kenyataannya, orang berpacaran akan sulit segi mudharatnya ketimbang maslahatnya. Suatu contoh : orang berpacaran cenderung mengenang pacarnya. Waktu luangnya (misalnya bagi mahasiswa) banyak terisi hal-hal semacam melamun atau berfantasi. Amanah untuk belajar terkurangi atau bahkan terbengkalai. Biasanya mahasiswa masih mendapat kiriman dari orang tua. Apakah uang kiriman untuk hidup dan membeli buku tidak terserap untuk pacaran itu ?
Atas dasar itulah ulama memandang, bahwa pacaran model begini adalah kedhaliman atas amanah orang tua. Secara sosio kultural di kalangan masyarakat agamis, pacaran akan mengundang fitnah, bahkan tergolong naif. Mau tidak mau, orang yang berpacaran sedikit demi sedikit akan terkikis peresapan ke-Islam-an dalam hatinya, bahkan bisa mengakibatkan kehancuran moral dan akhlak. Na’udzubillah min dzalik !
Sudah banyak gambaran kehancuran moral akibat pacaran, atau pergaulan bebas yang telah terjadi akibat science dan peradaban modern (westernisasi). Islam sendiri sebagai penyempurnaan dien-dien tidak kalah canggihnya memberi penjelasan mengenai berpacaran. Pacaran menurut Islam di identikkan pada ta'arufan tpi yang dimaksud bukan pacaran tapi meminang, sebagai mana yang dilontarkan Rasulullah SAW : "Apabila seorang di antara kamu meminang seorang wanita, andaikata dia dapat melihat wanita yang akan dipinangnya, maka lihatlah." (HR Ahmad dan Abu Daud).
Namun Islam juga, jelas-jelas menyatakan bahwa berpacaran bukan jalan yang diridhai Allah, karena banyak segi mudharatnya. Setiap orang yang berpacaran cenderung untuk bertemu, duduk, pergi bergaul berdua. Ini jelas pelanggaran syari’at ! Terhadap larangan melihat atau bergaul bukan muhrim atau bukan istrinya. Sebagaimana yang tercantum dalam HR Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas yang artinya: "Janganlah salah seorang di antara kamu bersepi-sepi (berkhulwah) dengan seorang wanita, kecuali bersama dengan muhrimnya." Tabrani dan Al-Hakim dari Hudzaifah juga meriwayatkan dalam hadits yang lain: "Lirikan mata merupakan anak panah yang beracun dari setan, barang siapa meninggalkan karena takut kepada-Ku, maka Aku akan menggantikannya dengan iman sempurna hingga ia dapat merasakan arti kemanisannya dalam hati."
Tapi mungkin juga ada di antara mereka yang mencoba "berdalil" dengan mengemukakan argumen berdasar kepada sebuah hadits Nabi SAW yang diriwayatkan Imam Abu Daud berikut : "Barang siapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, atau memberi karena Allah, dan tidak mau memberi karena Allah, maka sungguh orang itu telah menyempurnakan imannya."Tarohlah mereka itu adalah orang-orang yang mempunyai tali iman yang kokoh, yang nggak bakalan terjerumus (terlalu) jauh dalam mengarungi "dunia berpacaran" mereka. Tapi kita juga berhak bertanya : sejauh manakah mereka dapat mengendalikan kemudi "perahu pacaran" itu ? Dan jika kita kembalikan lagi kepada hadits yang telah mereka kemukakan itu, bahwa barang siapa yang mencintai karena Allah adalah salah satu aspek penyempurna keimanan seseorang, lalu benarkah mereka itu mencintai satu sama lainnya benar-benar karena Allah ? Dan bagaimana mereka merealisasikan "mencintai karena Allah" tersebut ? Kalau (misalnya) ada acara bonceng-boncengan, dua-duaan, atau bahkan sampai buka aurat (dalam arti semestinya selain wajah dan dua tapak tangan) bagi si cewek, atau yang lain-lainnya, apakah itu bisa dikategorikan sebagai "mencintai karena Allah ?" Jawabnya jelas tidak !
Dalam kaitan ini peran orang tua sangat penting dalam mengawasi pergaulan anak-anaknya terutama yang lebih menjurus kepada pergaulan dengan lain jenis. Adalah suatu keteledoran jika orang tua membiarkan anak-anaknya bergaul bebas dengan bukan muhrimnya. Oleh karena itu sikap yang bijak bagi orang tua kalau melihat anaknya sudah saatnya untuk menikah, adalah segera saja laksanakan.


Rabu, 25 November 2015

Pandangan Islam Terhadap Perkembangan Teknologi



Sejarah Penerapan Teknologi dalam Islam

 
Di era keemasan Islam, para cendekiawan Muslim telah mengelompokkan ilmu-ilmu yang bersifat teknologis sebagai berikut; ilmu jenis-jenis bangunan, ilmu optik, ilmu pembakaran cermin, ilmu tentang pusat gravitasi, ilmu pengukuran dan pemetaan, ilmu tentang sungai dan kanal,  ilmu jembatan, ilmu tentang mesin kerek, ilmu tentang mesin-mesin militer serta ilmu pencarian sumber air tersembunyi. Para penguasa dan masyarakat di zaman kekhalifahan Islam menempatkan para rekayasawan (engineer) dalam posisi yang tinggi dan terhormat.

Para  rekayasawan Muslim telah berhasil membangun sederet karya besar dalam bidang teknik sipil berupa bendungan, jembatan, penerangan jalan umum, irigasi, hingga gedung pencakar langit.  Sejarah membuktikan, di era keemasannya, peradaban Islam telah mampu membangun bendungan jembatan (bridge dam). Bendung jembatan itu digunakan untuk menggerakkan roda air yang bekerja dengan mekanisme peningkatan air. Bendungan jembatan pertama dibangun di Dezful, Iran.

Bendung jembatan itu mampu menggelontorkan 50 kubik air untuk menyuplai kebutuhan masyarakat Muslim di kota itu. Setelah muncul di Dezful, Iran bendung jembatan juga muncul di kota-kota lainnya di dunia Islam. Sehingga, masyarakat Muslim pada masa itu tidak mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan air bersih
.
Selain itu, di era kekhalifahan para insinyur Muslim juga sudah mampu membangun bendungan pengatur air diversion dam. Bendungan ini digunakan untuk mengatur atau mengalihkan arus air. Bendungan pengatur air itu pertama kali dibangun insinyur Muslim di Sungai Uzaym yang terletak di Jabal Hamrin, Irak. Setelah itu, bendungan semacam itu pun banyak dibangun di kota dan negeri lain di dunia Islam.

Pencapaian lainnya yang berhasil dicapai insinyur Islam dalam bidang teknik sipil adalah pembangunan penerangan jalan umum. Lampu penerangan jalan umum pertama kali dibangun oleh kekhalifahan Islam, khususnya di Cordoba. Pada masa kejayaannya, pada malam hari jalan-jalan yang mulus di kota peradaban Muslim yang berada di benua Eropa itu bertaburkan cahaya.
Selain dikenal bertabur cahaya di waktu malam, kota-kota peradaban Islam pun dikenal sangat bersih. Ternyata, pada masa itu para insinyur Muslim sudah mampu menciptakan sarana pengumpul sampah, berupa kontainer. Sesuatu yang belum pernah ada dalam peradaban manusia sebelumnya.




PANDANGAN ISLAM TERHADAP TEKNOLOGI


Peradaban Islam sangat berbeda dengan Yunani, Romawi dan Byzantium dalam memandang teknologi.  Para cendekiawan Muslim di era kekhalifahan menganggap teknologi sebagai sebuah cabang ilmu pengetahuan yang sah.  Fakta itu terungkap berdasarkan pengamatan para sejarawan sains Barat di era modern terhadap sejarah sains di Abad Pertengahan.

Demikian pula ajaran Islam ia tidak akan bertentangan dengan teori-teori pemikiran modern yang teratur dan lurus dan analisa-analisa yang teliti dan obyekitf. Dalam pandangan Islam menurut hukum asalnya segala sesuatu itu adalah mubah termasuk segala apa yang disajikan oleh berbagai peradaban baik yang lama ataupun yang baru. Semua itu sebagaimana diajarkan oleh Islam tidak ada yang hukumnya haram kecuali jika terdapat nash atau dalil yang tegas dan pasti mengherankannya.

Kemajuan teknologi modern yang begitu pesat telah memasyarakatkan produk-produk teknologi canggih seperti radio, televisi, internet, alat-alat komunikasi dan barang-barang mewah lainnya serta menawarkan aneka jenis hiburan bagi tiap orang tua, kaum muda, atau anak-anak. Namun tentunya alat-alat itu tidak bertanggung jawab atas apa yang diakibatkannya. Justru di atas pundak manusianyalah terletak semua tanggung jawab itu. Sebab adanya pelbagai media informasi dan alat-alat canggih yang dimiliki dunia saat ini dapat berbuat apa saja kiranya faktor manusianyalah yang menentukan operasionalnya. Adakalanya menjadi manfaat yaitu manakala manusia menggunakan dengan baik dan tepat. Tetapi dapat pula mendatangkan dosa dan malapetaka manakala manusia menggunakannya untuk mengumbar hawa nafsu dan kesenangan semata.
Dalam islam, sains dan teknologi sangat penting untuk membangun peradaban yang kuat dan tangguh. Sebagaimana halnya dahulu para khalifah mendorong kaum muslim untuk mencipatakan teknologi dan membuat karya ilmiah guna mengembangkan dan memanfaatkan SDA yang ada. Seperti kita ketahui para ilmuwan islam seperti al-Khawarizmi ahli matematika, Ibnu Firnas konseptor pesawat terbang, Jabir bin Haiyan bapak kimia, dan masih banyak lagi. Mereka semuanya mengerahkan segenap upaya dan berkarya untuk umat. Jadi, Islam tidak pernah melarang sains dan teknologi, tetapi justru Islam selalu terdepan dalam sains dan teknologi sejak 13 abad yang lalu.

Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda:
“Kalian lebih tahu urusan dunia kalian”
Hadits ini menunjukkan kebolehan mengenai sains dan teknologi karena pada saat itu Rasulullah SAW ditanya oleh seseorang tentang pertanian, tapi Rasulullah tidak memberikan jawaban yang benar karena Rasulullah tidak ahli dalam pertanian

.
Maka dari itu, sains dan teknologi merupakan madaniyah ‘am yaitu benda yang tidak ada sangkut pautnya dengan hadlarah. Sebagaimana Imam Taqiyuddin an-Nabhani dalam kitabnya Nizhamul Islammenyebutkan bahwa “Sedangkan bentuk-bentuk madaniyah yang menjadi produk kemajuan sains dan perkembangan teknologi/industri tergolong madaniyah yang bersifat umum, milik seluruh umat manusia”Madaniyah itu sendiri merupakan merupakan bentu-bentuk fisik berupa benda-benda yang terindera dan digunakan dalam kehidupan yang meliputi seluruh aktivitas kehidupan.

Maka dengan hal ini jelaslah sudah bahwa produk dari sains dan teknologi dalam pandangan Islam boleh/mubah. Tetapi ingat bahwasannya ada juga madaniyah yang bersifat khas seperti patung, salib, bintang david, dll itu merupakan karya/hasil dari hadlarah selain Islam, maka menggunakannya adalah suatu kemaksiatan dan hukumnya haram.


KESIMPULAN

Peradaban modern adalah hasil kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang gemilang yang telah dicapai oleh manusia setelah diadakan penelitian yang tekun dan eksperimen yang mahal yang telah dilakukan selama berabad-abad. Maka sudah sepantasnya kalau kemudian manusia menggunakan penemuan-penemuannya itu guna meningkatkan taraf hidupnya. Kemajuan teknologi secara umum telah banyak dinikmati oleh masyarakat luas dgn cara yang belum pernah dirasakan bahkan oleh para raja dahulu kala
.
Islam memandang bahwa benda-benda hasil sains dan teknologi adalah mubah. Siapapun boleh mengambilnya dan menggunakannya. Dalam penggunaannya tentu berbeda anatara orang yang berpikiran Islam dengan orang yang berpikiran kapitalis atau sosialis. Maka tinggal kita pilih kacamata mana yang benar untuk memandang dan menghukumi berbagai macam fakta. Islam? Kapitalis? Atau sosialis? Hidup adalah pilihan maka pilihlah pilihan yang terbaik karena kita akan dipertnggung jawabkan di akhirat kelak